NEWS UPDATE :  

BERITA

OSIS BERDAYA CIPTA

Seperti mahkota di kepala raja, 21 Mei 1998 adalah moment kebanggaan bagi aktivis reformasi setelah lengsernya Soeharto. Ini adalah klimaks yang luar biasa. 

Jalan menuju klimaks ini, tidak gampang. Sejumlah peristiwa berdarah mesti dialami. Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan bernuansa rasial di sejumlah kota besar. Itu terjadi, sehari saja setelah kasus Trisakti (12 Mei).

Akan tetapi, setelah rezim Soeharto turun, dengan segera kekuasaan diisi oleh segelintir orang lama. Kondisi tidak menjadi lebih baik, malah memburuk. 

Para aktivis dan masa banyak yang berteriak di jalan, pada akhirnya kembali ketempat mereka menjadi orang biasa. Mereka tidak dapat mengisi dan mengambil alih kekuasaan begitu saja karena tidak memiliki rencana memimpin yang lebih baik. 

Peristiwa ini mengajarkan hal penting bagi kita, bahwa sejarah dan peradaban tidak bisa dibentuk oleh kemampuan kritis tapi oleh kemampuan kreatif dan inovatif.

Massa banyak tanpa visi yang jelas tak akan memiliki kontribusi yang signifikan dalam sejarah, tapi sekelompok inovator dapat melakukannya. Itulah yang dilakukan oleh segelintir orang di kantor Google. 

Kemampuan menciptakan perbedaan dan membangun peradaban itu adalah jenis kemampuan tertinggi. Saya selalu berpikir taksonomi kemampuan yang bersifat hirarkis (dari terendah sampai tertinggi) sebagai berikut: memahami,kritis, Kreatif, dan inovatif. Anda mungkin mengenal versi lain, ini hanya versi saya.

Kemampuan memahami itu adalah kemampuan untuk bisa mengerti instruksi dan melaksanakannya dengan baik. Jadi, dibutuhkan instruksi-instruksi detail untuk orang yang berada pada level ini.

Kemampuan kritis itu kemampuan untuk mengevaluasi satu kegiatan atau kebijakan berdasarkan kelebihan dan kekurangan. Orang yang berada pada level ini, biasa sangat cermat mengamati, dan memberi masukan.

Kemampuan Kreatif itu adalah kemampuan yang sering disebut ATM ( Amati, Tiru dan Modifikasi). Orang yang berada pada tahap ini, dapat menginisiasi berbagai kegiatan sebagai hasil modikasi.

Kemampuan inovatif adalah jenis-jenis orang-orang yang biasa menciptakan hal baru l. Mereka berpikir dan bertindak out of the box.

Kemampuan jenis satu dan dua (memahami dan kritis) adalah ciptaan, karena bereaksi terhadap satu eksistensi. Jika tidak ada instruksi, mereka tidak eksis. Sama juga jika tidak ada kebijakan atau kegiatan, mereka juga tidak eksis, karena tidak ada kritikan. Jati sifatnya reaktif: bereaksi (memberi respon) pada satu stimulus. Mereka ada hasil dari respon.

Kemampuan jenis dua dan tiga (kreatif dan inovatif) adalah pencipta, karena mereka dapat memiliki inisiatif awal untuk melakukan suatu dari ketiadaan. Jadi, bisa eksis tanpa stimulus apapun. Mereka bergerak dan berinisiatif. Memiliki voice, choice, dan kepemilikan atas satu aktivitas. Mereka itu dapat diandalkan untuk membentuk peradaban, karena memiliki kemampuan mencipta. Mereka eksis segala waktu. Mereka memberi stimulus.

Dua jenis kemampuan terakhir itulah yang diharapkan muncul dalam diri KADER OSIS setelah melakukan LKKO kemarin. Itulah mengapa Kepala Sekolah menantang pengurus OSIS agar berinisiatif melakukan kegiatan yang berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungan. Kegiatan yang merupakan voice sendiri. Kegiatan yang merupakan choice-nya sendiri. Bukan voice dan choice guru-guru dan sekolah. 

Tapi tak butuh waktu lama bagi anak-anak hebat ini untuk bergerak dan berdampak. Saat guru-guru sibuk isi nilai dan raport, mereka membentuk panitia sendiri dan melaksanakan turnamen antar kelas. 

Ini mungkin masih sangat sederhana, tapi akan berkembang dalam waktu. Bukan tidak mungkin merasa akan masuk dalam kegiatan mewah. Turut ambil bagian dalam pasar wacana dan memimpin percakapan publik. 

Sukses terus adik-adik OSIS. Terimakasih juga untuk Pak Felixs yang setia memberikan masukan teknis pertandingan.

                           ( YOHANES  BAPTISTA, S.Pd, M.Pd)